IHSG

IHSG Melemah Sepekan, Saham BULL hingga TOBA Terpuruk

IHSG Melemah Sepekan, Saham BULL hingga TOBA Terpuruk
IHSG Melemah Sepekan, Saham BULL hingga TOBA Terpuruk

JAKARTA - Pasar modal Indonesia mencatat kinerja yang kurang menggembirakan dalam sepekan terakhir. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak lesu di tengah periode penting rilis laporan keuangan emiten, yang biasanya menjadi sentimen utama bagi investor. 

Sepanjang 27–31 Oktober 2025, sejumlah saham justru terperosok tajam dan menjadi top losers di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Menurut data resmi BEI, IHSG melemah 1,3 persen dalam sepekan perdagangan tersebut. Indeks ditutup pada posisi 8.163,88, turun dari 8.271,72 pada pekan sebelumnya. Meskipun penurunan indeks tak terlalu dalam, sejumlah emiten tercatat kehilangan nilai pasar cukup signifikan.

“Kapitalisasi pasar BEI mengalami perubahan sebesar 2,48 persen menjadi Rp14.857 triliun dari Rp15.234 triliun pada sepekan sebelumnya,” ujar Sekretaris Perusahaan BEI Kautsar Primadi Nurahmad dalam keterangan tertulis, Jumat (31/10/2025).

Kapitalisasi Pasar Menurun, Namun Aktivitas Transaksi Meningkat

Menariknya, di tengah pelemahan indeks dan penurunan kapitalisasi pasar, aktivitas transaksi di bursa justru meningkat. Rata-rata nilai transaksi harian BEI naik 1,55 persen menjadi Rp22,63 triliun, dibandingkan Rp22,28 triliun pada pekan sebelumnya.

Kenaikan aktivitas perdagangan ini menunjukkan bahwa investor tetap aktif bertransaksi, meskipun tekanan jual masih cukup besar di beberapa sektor.

Sementara itu, investor asing justru mencatatkan net buy (beli bersih) sebesar Rp1,13 triliun pada akhir pekan. Angka tersebut memberi sinyal bahwa pelaku pasar global masih memiliki kepercayaan terhadap prospek pasar modal Indonesia dalam jangka menengah hingga panjang.

Pergerakan dinamis IHSG pada pekan ini juga dipengaruhi oleh momen rilis kinerja keuangan emiten, yang menjadi bahan pertimbangan utama bagi investor dalam mengambil keputusan beli atau jual saham.

Saham-Saham yang Jadi Top Losers

Seiring dengan tren pelemahan IHSG, sejumlah saham mencatatkan penurunan harga yang cukup tajam. Menurut data BEI, ada beberapa emiten yang menjadi top losers selama sepekan terakhir, terutama dari sektor pelayaran, energi, dan manufaktur.

Saham PT Buana Lintas Lautan Tbk. (BULL) menjadi yang paling anjlok dengan penurunan 35,88 persen, ditutup di level Rp218 per lembar. Penurunan ini menjadikan BULL sebagai saham dengan kinerja terburuk di bursa sepanjang pekan terakhir Oktober 2025.

Kemudian, saham PT Indonesia Pondasi Raya Tbk. (IDPR) juga melemah 28,26 persen menjadi Rp330 per lembar, mencerminkan tekanan jual besar pada sektor konstruksi dan infrastruktur.

Selanjutnya, PT Star Pacific Tbk. (LPLI) mencatat penurunan 28 persen dan ditutup di Rp540 per lembar, sementara PT Pakuan Tbk. (UANG) terkoreksi 26,92 persen ke Rp2.090 per lembar.

Saham PT Multi Makmur Lemindo Tbk. (PIPA) turut mencatat penurunan 25,38 persen menjadi Rp294 per lembar, diikuti oleh PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) yang merosot 22,6 persen dan ditutup di Rp805 per lembar.

Tekanan Jual Meningkat di Tengah Rilis Laporan Keuangan

Pelemahan harga saham sejumlah emiten ini terjadi di saat bersamaan dengan periode rilis laporan keuangan kuartal ketiga 2025. Bagi sebagian investor, laporan kinerja yang tidak sesuai ekspektasi menjadi alasan kuat untuk melakukan aksi ambil untung atau bahkan menjual sahamnya.

Kondisi tersebut turut menekan kinerja IHSG secara keseluruhan. Namun, di sisi lain, saham-saham unggulan atau top gainers tetap menunjukkan performa positif, terutama dari sektor barang konsumsi, perbankan, dan teknologi yang masih mencatatkan pertumbuhan laba.

Pasar saham juga tengah menunggu sentimen dari sejumlah faktor eksternal seperti pergerakan harga komoditas global, arah suku bunga The Fed, serta kondisi ekonomi regional. Kombinasi faktor domestik dan global inilah yang menyebabkan volatilitas tinggi di pasar modal Indonesia menjelang akhir tahun.

Investor Asing Masih Tunjukkan Optimisme

Meski IHSG bergerak melemah, masuknya dana asing dalam bentuk beli bersih (net buy) menjadi penopang utama yang menahan koreksi lebih dalam. Investor asing tampak masih percaya terhadap prospek ekonomi Indonesia, terutama dengan kebijakan hilirisasi, peningkatan investasi, serta proyeksi pertumbuhan PDB yang stabil.

Net buy senilai Rp1,13 triliun tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar investor global melihat pelemahan IHSG saat ini sebagai peluang akumulasi saham dengan valuasi yang lebih menarik.

Selain itu, menjelang window dressing atau upaya perusahaan mempercantik laporan keuangan di akhir tahun, sejumlah analis memperkirakan bahwa pasar akan kembali menguat. Hal ini diperkuat dengan proyeksi positif terhadap kinerja beberapa emiten besar di kuartal IV/2025.

Prospek IHSG Menjelang Akhir Tahun

Sejumlah analis pasar modal memperkirakan bahwa pelemahan IHSG bersifat sementara. Menjelang akhir tahun, potensi penguatan bisa datang dari kombinasi faktor teknikal dan fundamental, terutama menjelang musim window dressing dan rotasi portofolio investor institusi.

Katalis positif juga datang dari kemungkinan kenaikan laba bersih di beberapa sektor unggulan, seperti energi terbarukan, teknologi, dan konsumsi domestik, yang dinilai masih memiliki prospek cerah di tengah situasi global yang fluktuatif.

Meski begitu, investor tetap disarankan untuk berhati-hati dan memperhatikan saham-saham dengan fundamental kuat, mengingat fluktuasi masih berpotensi terjadi menjelang akhir tahun fiskal.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index