JAKARTA - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) menghadapi tantangan besar sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2025. Di tengah proses transformasi menuju perusahaan digital terdepan, emiten pelat merah ini justru mencatat penurunan pada pendapatan dan laba bersih.
Sepanjang Januari hingga September 2025, Telkom Indonesia membukukan pendapatan sebesar Rp109,61 triliun. Angka ini turun 2,31% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp112,22 triliun.
Manajemen Telkom mengungkapkan bahwa kinerja tersebut masih dipengaruhi oleh tekanan pada segmen legasi dan perlambatan pertumbuhan di sektor data dan IT service. Penurunan ini menjadi refleksi dari perubahan perilaku konsumen serta dinamika persaingan industri telekomunikasi yang semakin ketat.
Di sisi lain, perusahaan terus berupaya mengakselerasi pergeseran bisnis dari layanan tradisional menuju digital dan data-driven service. Langkah ini menjadi fokus utama transformasi Telkom untuk menjaga daya saing di era teknologi yang berkembang pesat.
Pendapatan Terbesar Masih Disumbang Segmen Data dan Internet
Dalam laporan keuangan per September 2025, Telkom mencatat pendapatan terbesar masih berasal dari segmen data, internet, dan IT service. Segmen ini menghasilkan Rp64,8 triliun, meskipun turun 4,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp67,9 triliun.
Sementara itu, segmen IndiHome berkontribusi sebesar Rp19,73 triliun terhadap total pendapatan perusahaan. Layanan interkoneksi menghasilkan Rp7,1 triliun, sedangkan SMS, fixed, dan cellular voice menyumbang Rp6,7 triliun. Adapun jaringan dan jasa telekomunikasi lainnya menyumbang Rp11,27 triliun.
Manajemen Telkom mencatat bahwa dua segmen utama mengalami kontraksi cukup tajam. Pendapatan dari bisnis legasi turun 15%, sejalan dengan tren global yang menunjukkan penurunan permintaan terhadap layanan telepon dan SMS konvensional.
Meskipun demikian, perusahaan tetap fokus memperkuat segmen digital dan data sebagai sumber pertumbuhan jangka panjang. Upaya diversifikasi portofolio bisnis dilakukan melalui berbagai investasi strategis di bidang teknologi dan inovasi digital.
Beban Operasional dan Investasi Tekan Margin Laba
Kinerja laba Telkom pada periode ini juga terpengaruh oleh tingginya beban operasional. Perusahaan mencatat beban operasi, pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi sebesar Rp30,28 triliun. Selain itu, beban penyusutan dan amortisasi mencapai Rp25,06 triliun, sementara beban karyawan tercatat sebesar Rp11,9 triliun.
Beban interkoneksi yang dikeluarkan perusahaan mencapai Rp5,66 triliun, diikuti beban umum dan administrasi Rp5 triliun, serta beban pemasaran Rp2,37 triliun. Total biaya tersebut memberi tekanan pada profitabilitas perusahaan meskipun pendapatan masih relatif tinggi.
Dari sisi laba usaha, Telkom mencatat penurunan menjadi Rp29,17 triliun dari Rp32,45 triliun pada periode yang sama tahun 2024. Adapun laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 10,69% secara tahunan, dari Rp17,67 triliun menjadi Rp15,78 triliun.
Penurunan ini menjadi sinyal bahwa Telkom tengah berada pada fase penyesuaian besar terhadap model bisnis baru. Meskipun margin tertekan, perusahaan menilai langkah transformasi digital akan menghasilkan dampak positif jangka panjang.
Investasi Strategis dan Tantangan Nilai Wajar Portofolio
Salah satu faktor lain yang mempengaruhi kinerja keuangan Telkom adalah fluktuasi nilai wajar investasi. Perusahaan membukukan kerugian belum direalisasi sebesar Rp360 miliar dari perubahan nilai wajar atas investasi, turun dari Rp476 miliar pada periode sebelumnya.
Portofolio investasi ini mencakup kepemilikan saham Telkomsel di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) serta investasi MDI Ventures pada sejumlah perusahaan rintisan di sektor teknologi dan informasi. Selama periode berjalan, MDI menambah investasi senilai Rp101 miliar untuk memperkuat portofolio strategisnya.
Namun, penurunan harga saham GOTO memberikan dampak negatif terhadap nilai wajar investasi Telkomsel. Berdasarkan data per 30 September 2025, harga saham GOTO tercatat Rp54 per saham, turun dari Rp66 per saham pada 30 September 2024.
“Jumlah kerugian yang belum direalisasi dari perubahan nilai wajar investasi Telkomsel pada GOTO untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2025 dan 2024 masing-masing sebesar Rp380 miliar dan Rp474 miliar,” tulis manajemen Telkom.
Kondisi ini menggambarkan risiko inheren dalam investasi digital yang fluktuatif. Namun, Telkom tetap menilai bahwa investasi di sektor teknologi merupakan langkah penting untuk memperkuat ekosistem digitalnya di masa depan.
Strategi Telkom Menatap Akhir 2025
Meskipun menghadapi tekanan pada kinerja keuangan, Telkom Indonesia terus memperkuat fondasi bisnis digitalnya. Transformasi yang tengah dijalankan tidak hanya mencakup restrukturisasi portofolio layanan, tetapi juga pembaruan model operasional dan penguatan kolaborasi strategis.
Perusahaan juga fokus memperluas infrastruktur digital melalui Telkomsel dan IndiHome. Kedua entitas ini diharapkan menjadi motor utama pertumbuhan pendapatan di tengah menurunnya kontribusi dari layanan tradisional.
Selain itu, Telkom terus berinvestasi dalam pengembangan jaringan berbasis 5G, data center, serta layanan cloud untuk mendukung kebutuhan pelanggan korporasi dan pemerintahan. Fokus ini diharapkan mampu memperkuat posisi Telkom sebagai pemain utama dalam ekosistem digital nasional.
Dari sisi efisiensi, Telkom berkomitmen menjaga struktur biaya agar tetap sehat. Pengendalian beban operasional dan peningkatan produktivitas menjadi langkah strategis untuk menjaga profitabilitas di tengah tantangan pasar yang dinamis.
Telkom Tetap Optimis Jalankan Transformasi Digital
Meski hasil kuartal III-2025 menunjukkan penurunan laba dan pendapatan, Telkom tetap optimis terhadap prospek jangka panjangnya. Manajemen menilai proses transformasi digital membutuhkan waktu dan adaptasi, namun hasilnya akan memperkuat daya saing perusahaan di masa depan.
Transformasi ini mencakup integrasi digitalisasi di seluruh lini bisnis, mulai dari layanan pelanggan hingga pengelolaan infrastruktur. Dengan strategi tersebut, Telkom berharap mampu menciptakan nilai tambah yang lebih besar bagi pemegang saham dan pengguna layanan.
Perusahaan juga terus memperluas kolaborasi dengan startup teknologi, baik melalui MDI Ventures maupun inisiatif digital lainnya. Langkah ini diharapkan memperkaya portofolio bisnis serta membuka peluang baru di sektor teknologi informasi dan komunikasi.
Dengan fondasi bisnis yang kuat dan jaringan luas di seluruh Indonesia, Telkom yakin dapat melewati periode penyesuaian ini. Transformasi digital yang tengah dijalankan bukan sekadar strategi bertahan, melainkan langkah menuju masa depan industri telekomunikasi yang sepenuhnya berbasis teknologi dan inovasi.
 
                    
 
             
                   
                   
                   
                
             
                
             
                                                      
                                                    
                                                      
                                                    
                                                      
                                                   