JAKARTA - Setelah empat hari mengalami tekanan, harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) akhirnya kembali mencatat kenaikan tipis pada perdagangan Kamis, 30 Oktober 2025. Kenaikan ini menjadi sinyal positif di tengah volatilitas pasar komoditas global yang cukup tinggi dalam sepekan terakhir.
Di Bursa Malaysia Derivatives Exchange, kontrak pengiriman Januari 2026 ditutup menguat 0,19% ke level MYR 4.260 per ton. Rebound kecil ini menjadi titik balik setelah empat hari berturut-turut harga anjlok hingga 4,87%.
Kenaikan CPO menjadi angin segar bagi pelaku pasar yang sempat cemas terhadap pelemahan harga berkelanjutan. Faktor global dan domestik disebut menjadi kombinasi penyebab yang menahan penurunan lebih dalam sekaligus membuka peluang pemulihan.
Harga Minyak Nabati Global Angkat Sentimen Positif
Salah satu pendorong utama kenaikan harga CPO berasal dari penguatan harga minyak nabati lainnya, terutama minyak kedelai di Bursa Dalian, China, yang naik 0,91%. Kenaikan harga minyak kedelai ini menambah daya tarik CPO karena kedua komoditas tersebut memiliki hubungan substitusi di pasar global.
Ketika harga minyak kedelai meningkat, pelaku industri cenderung beralih ke CPO karena harganya lebih kompetitif. Hubungan saling menggantikan ini membuat harga CPO ikut terdorong naik, terutama di pasar Asia yang menjadi konsumen utama kedua komoditas tersebut.
Dalam konteks perdagangan internasional, kenaikan harga minyak nabati lain seperti sunflower oil dan canola oil juga memberikan efek psikologis bagi investor. Pasar menilai CPO masih memiliki potensi kenaikan jangka pendek jika tren penguatan harga nabati global berlanjut.
Dukungan dari Dalam Negeri: Stok Menurun, Konsumsi Meningkat
Selain faktor global, kabar dari Indonesia turut memperkuat sentimen positif pasar CPO. Gabungan Industri Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) melaporkan bahwa stok minyak sawit nasional pada akhir Agustus 2025 berada di 2,54 juta ton, menurun dibandingkan posisi akhir Juli sebesar 2,57 juta ton.
Penurunan stok ini terjadi seiring dengan turunnya produksi sawit nasional. Pada Agustus, total produksi tercatat 5,54 juta ton, sedikit lebih rendah dibanding Juli sebesar 5,61 juta ton. Meskipun demikian, konsumsi domestik justru meningkat dari 2,03 juta ton menjadi 2,1 juta ton.
Kenaikan konsumsi tersebut didorong oleh program biodiesel dan kebutuhan industri pangan, yang terus meningkat sejalan dengan aktivitas ekonomi nasional. Tren ini memberi sinyal bahwa permintaan domestik dapat menjadi penopang harga CPO, meski pasar ekspor sedang melemah.
Selain itu, kebijakan pemerintah Indonesia dalam memperluas penggunaan biodiesel B40 juga diperkirakan akan menjaga keseimbangan antara suplai dan permintaan. Kondisi ini memberi harapan bahwa tekanan harga global dapat diimbangi oleh kekuatan pasar dalam negeri.
Nilai Tukar Ringgit Jadi Penopang Kenaikan
Faktor lain yang turut memberikan dukungan terhadap penguatan harga CPO adalah pelemahan nilai tukar ringgit Malaysia terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pada Kamis (30/10/2025), ringgit tercatat melemah 0,24%, sehingga membuat kontrak CPO menjadi relatif lebih murah bagi investor asing.
Karena CPO diperdagangkan dalam denominasi ringgit, depresiasi mata uang tersebut meningkatkan daya tarik bagi pembeli yang menggunakan dolar atau mata uang lainnya. Hal ini menjadi katalis jangka pendek yang cukup efektif untuk mengangkat harga di pasar derivatif Malaysia.
Pelemahan ringgit juga mencerminkan sentimen pasar keuangan regional yang sedang tertekan oleh penguatan dolar AS. Namun bagi eksportir Malaysia, kondisi ini justru menguntungkan karena meningkatkan daya saing produk CPO mereka di pasar global.
Efek positif dari depresiasi ringgit terhadap harga CPO telah berulang kali terbukti dalam sejarah perdagangan komoditas ini. Ketika nilai tukar melemah, minat beli dari importir besar seperti India dan China cenderung meningkat.
Analisis Teknis: Sinyal Rebound Mulai Terbentuk
Secara teknikal, harga CPO masih berada dalam zona bearish jika dilihat dari pergerakan harian. Relative Strength Index (RSI) berada di level 39, menunjukkan momentum jual masih dominan karena posisi di bawah level 50 umumnya menandakan tekanan jual.
Namun, indikator Stochastic RSI sudah menyentuh level 12, yang berarti pasar telah berada di area jenuh jual (oversold). Kondisi ini membuka peluang terjadinya technical rebound dalam jangka pendek karena investor mulai memanfaatkan harga rendah untuk masuk kembali.
Dalam perdagangan hari ini, Jumat, 31 Oktober 2025, harga CPO diperkirakan masih berpeluang untuk naik. Pivot point berada di level MYR 4.266 per ton, yang akan menjadi patokan arah pergerakan harian.
Jika momentum positif berlanjut, CPO berpotensi menguji resisten pertama di MYR 4.350 per ton, yang bertepatan dengan Moving Average (MA) 5. Jika level ini tertembus, target selanjutnya mengarah ke MA-10 di MYR 4.417 per ton.
Namun, apabila tekanan jual kembali muncul, area MYR 4.244 per ton akan menjadi support terdekat. Support lanjutan berada pada kisaran MYR 4.235 hingga 4.202 per ton, sementara support paling bawah tercatat di MYR 4.132 per ton.
Analis memperkirakan bahwa jika harga mampu bertahan di atas pivot point selama dua sesi perdagangan berturut-turut, tren pemulihan jangka pendek akan semakin kuat. Sebaliknya, penurunan di bawah area support terendah bisa menandakan kelanjutan fase koreksi.
Prospek ke Depan: Masih Tergantung Faktor Global dan Musiman
Kenaikan harga CPO yang terjadi saat ini dinilai masih bersifat koreksi teknikal dan belum menunjukkan pembalikan tren secara penuh. Pasar masih menunggu perkembangan lebih lanjut dari permintaan global, terutama dari India dan China sebagai dua importir terbesar dunia.
Selain itu, faktor musim panen dan curah hujan di wilayah produsen utama seperti Indonesia dan Malaysia juga akan memengaruhi pasokan dalam beberapa bulan mendatang. Jika produksi meningkat tajam, potensi tekanan harga masih terbuka lebar.
Namun, tren jangka menengah tetap memiliki potensi positif mengingat komitmen negara produsen dalam meningkatkan penggunaan CPO untuk energi hijau. Program biodiesel dan ekspor produk olahan sawit bisa menjadi penopang stabilitas harga sepanjang kuartal IV-2025.
Dengan kombinasi sentimen global yang membaik, pelemahan ringgit, dan penurunan stok domestik, CPO berpeluang memperpanjang kenaikan dalam jangka pendek. Meskipun pasar masih berfluktuasi, arah pergerakan menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah tekanan empat hari beruntun.
 
                    
 
             
                   
                   
                   
                
             
                
             
                                                      
                                                    
                                                      
                                                    
                                                      
                                                   